Faktor-faktor
penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1.Lapisan
tanah tipis
Dengan
lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan
bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami
penguapan oleh panas matahari
2.Air
tanah dalam
Air
hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam
lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan
intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan
jangka waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah
tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap
air pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak
mampu menjangkaunya
3.Tekstur
tanah kasar
Tekstur
tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama.
Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah
tidak mampu menahan laju air.
4.Iklim
Dalam
hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam
yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang
terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim.
5.Vegetasi
Vegetasi
juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi
tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang
lebih banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras
kandungan air dalam tanah
6.Topografi
Topografi
atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah
yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air
tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini
disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah
D.Dampak
Kekeringan
1. Fisik
a. Kerusakan
terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b. Erosi-erosi
angin dan air terhadap tanah.
c. Kerusakan
spesies tanaman.
d. Pengaruh-pengaruh
terhadap kualitas air (salinisasi).
e. Pengaruh-pengaruh
terhadap kualitas udara (debu, polutan,
berkurangnya daya pandang).
f. Kekeringan
juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit untuk
dijadikan lahan pertanian.
g. Keadaan
suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan suhu udara
sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin.
2. Non
fisik
a. Ekonomi
1) Kerugian-kerugian
produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
2) Kerugian
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
3) Kerugian
pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.
4) Kerugian-kerugian
dari bisnis turisme dan rekreasi.
5) Kerugian
pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energi.
6) Kerugian-kerugian
yang terkait dengan produksi pertanian.
7) Menurunya
produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
8) Pengangguran
sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan.
9) Kerugian-kerugian
pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan.
b. Sosial
Budaya
1) Saat
terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah
terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak
gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan.
2)
Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3) Hilangnya
nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-
kondisi yang terkait dengan kekeringan.
4) Konflik
di antara penggunan air.
5) Masalah
kesehatan karena menurunnya pasokan air.
6) Ketidakadilan
dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan pemulihan.
7) Menurunnya
kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
8) Meningkatnya
kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
9)
Kekacauan social, perselisihan sipil.
10)
Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan mata
pencaharian.
11) Migrasi
penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan,banyaknya TKI
(tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.
c. Politik
Pemerintah
harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana kekeringan.
Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah
dibentuk di Indonesia yaitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
E.Mitigasi
Bencana Kekeringan
Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana
1.Penyusunan
peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari
daerah ke pusat pengolahan data.
2.Penyusunan
PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan memperhatikan
historical right dan azas keadilan.
3.Pembentukan
pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
4.Penyediaan
anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada
daerah-daerah rawan kekeringan.
5.Pengembangan/perbaikan
jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
Jika
lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Pra
bencana
a. Memanfaatkan
sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b. Memprioritaskan
pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih.
c. Menanam
pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di
lingkungan tinggal kita.
d. Membuat
waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e. Memperbanyak
resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin
keramik.
f. Kampanye
hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g. Perlindungan
sumber-sumber air pengembangannya.
h. Panen
dan konservasi air
Panen
air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran
permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan
rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air
yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan
contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan
konservasi air.
Daerah
yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering (dengan
curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan
pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang
berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim
kemarau. Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau
serta mengurangi risiko erosi pada musim hujan.
1)Rorak
Rorak
adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-80 cm,
yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang masuk ke
dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap ke
dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan
aliran permukaan dapat dikurangi.
Rorak
cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau
infiltrasinya rendah—dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.
2)Saluran
buntu
Saluran
buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter (sehingga
disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan rorak atau
saluran buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena
dapat menyebabkan terganggunya pernapasan akar tanaman dan berkembangnya
berbagai penyakit pada akar.
3)Lubang
penampungan air (catch pit)
Bibit
yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari
kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air,
sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap
tinggi. Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena
akan menyebabkan kematian tanaman.
4)Embung
Embung
adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung
sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS) mikro.
Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan rembesan
air di dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian
atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram tanaman,
keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau.
Embung
cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan air
tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah
berpasir, air akan banyak hilang kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi
plastik atau aspal. Cara ini akan memerlukan biaya tinggi.
5)Bendungan
Kecil (cek dam)
Cek
dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim
hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan
sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada
musim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke
lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada genangan
air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya.
6)Panen
air hujan dari atap rumah
Air
hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk
dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman.
Untuk minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal musim hujan,
air hujan mengandung debu yang cukup tinggi.
Antisipasi
penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi yaitu
perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.
a)Perencanaan
jangka pendek (satu tahun musim kering):
·Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan
kekeringan.
·Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan
kekeringan.
·Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah
sungai yang mempunyai waduk.
·Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.
·Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan
dampaknya.
·Penyiapan cadangan pangan.
·Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk
meringankan dampak.
·Persiapan tindak darurat.
·Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
·Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
·Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
·Penyediaan pompa air.
b. Sedangkan
perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:
·Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi
dan tangkapan di hulu.
·Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).
·Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara)
di wilayah sungai.
·Penggunaan air secara hemat.
·Penciptaan alat sanitasi hemat air.
·Pembangunan prasarana daur ulang air.
·Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.
2. Saat
terjadi Bencana
Sasaran
penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak yang
ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat
dilakukan melalui:
·Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
·Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
·Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
·Penyediaan pompa air.
·Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti
gilir giring).
Untuk
penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara
lain dengan upaya:
a. Dampak
Sosial:
üPenyelesaian konflik antar pengguna air.
üPengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang
mengalami kekeringan.
b. Dampak
Ekonomi:
üPeningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru,
optimalisasi fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian
perusakan hutan, dll.
üPeningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air,
daur ulang pemakaian air.
üMempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan
kayu/ hutan melalui diversifikasi usaha.
üMeningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian
melalui perbaikan sistem pemasaran.
c. Dampak
Keamanan:
üMengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.
üMencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam
penggunaan api.
d. Dampak
Lingkungan:
üMengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).
üMengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.
üMembangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada
musim kemarau.
üMempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui
pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi
menimbulkan kebakaran yang menimbulkan terjadinya pencemaran udara.
üMencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan
dengan cara tanpa pembakaran.
3.Pasca
Bencana
Kegiatan
pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat bencana
kekeringan antara lain:
§Bantuan sarana produksi pertanian.
§Bantuan modal kerja.
§Bantuan pangan dan pelayanan medis.
§Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet,
saluran pembawa, dll.
§Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
§Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
Kejadian
kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan sistem
lingkungan, sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung jawab
sosial, yang pada dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan
mengurangi/meminimalkan dampak (Yevjevich-1978).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kekeringan
merupakan suatu peristiwa atau suatu rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
aktivitas alam tetapi aktivitas alam ini sangat menggangu dan merugikan banyak
aspek seperti aspek fisik dan non fisik (sosial budaya, ekonomi, politit).
kerugian fisik yang di timbulkan misalnya terutama rusaknya tanaman petani yang
menggakibatkan gagal panen dan kelaparan, selain itu kerugian fisik selalu
menggarah pada manusia karena kekeringan menyebabkan kekurangan air bersih yang
memaksa orang untuk mengkonsumsi air yang tidak sehat, bahkan banyak hewan,
tanaman dan manusia mati karena kekurang air yang sangat di butuhkan untuk
bertahan hidup. Kerugian non fisik yaitu terjadi kerugian terhadap pemasukan
negara dan ekonomi.
Upaya
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana kekeringan sebelum terjadi
dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi di masyarakat akan bahaya
kekeringan yang tejadi apabila masyarakat menggunakan air berlebihan diluar
batas kebutuhan.
B.Saran
Bagi
masyatrakat hendaknya menggunakan air dengan baik, jangan terlalu berlebihan
dalam menggunakan air kerena bisa meyebabkan kekuranagan air. Gunakanlah air
secukupnya atau sesuai kebutuhan. Menurut keagamaan kekeringan itu di sebabkan
oleh tingkah laku manusia sendiri yang terlalu serakah serta faktor kemaksiatan
yang merajalela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar